Bagi pelajar Maluku khususnya kategori SMA, sudah tidak asing lagi dengan istilah Tawuran.
Anehnya tawuran yang yang terjadi adalah antara pelajar yang berbeda sekolah. pelajar yang seharusnya menekuni ilmu pendidikan justru terlibat tawuran yang tidak ada dampak baiknya. sesama tukang ojek, sopir angkot, abang becak saja tidak tawuran. sebenarnya apa penyebab terjadi kondisi seperti ini khususnya di kota Ambon ? apalagi tawuran pelajar ini telah terjadi turun temurun setiap tahunnya. mengapa hal ini belum bisa berhenti ? apakah didikan di sekolah dan di rumah belum cukup untuk mengasah mentalitas pelajar ? atau mungkin anda pernah terlibat dalam suatu tawuran itu sendiri.
berikut adalah sebagian dari realita yang terjadi berdasarkan opini penulis.
Sebagai contoh, Tawuran pelajar turun - temurun adalah yang terjadi antara SMAN 2 vs SMA PGRI.
kedua sekolah ini dikenal baik dengan prestasi pelajarnya, sistem pendidikannya dll, hanya saja setiap tahun ada saja tawuran yang terjadi antara kedua sekolah tersebut. Selain mentalitas pelajar Ambon yang cenderung terbentuk dari kelompok - kelompok pergaulan, ada faktor yang paling sering berpengaruh dalam proses terjadinya tawuran yaitu bermula dari sebuah tindakan kecil yang dikenal dengan istilah "dapa cabar" atau intimidasi atau bully.
Seorang yang terbentuk atau terlibat dalam suatu kelompok akan memiliki rasa aman karena punya masa dan sebaliknya saling melindungi dalam suatu kelompok akan terbentuk secara natur. ketika suatu kelompok sudah ada dalam tahap ini, maka apapun yang dikatakan rekan sekelompok akan sangat berarti termasuk hinaan sekalipun sehingga setiap orang akan merasa memiliki andil yang besar dalam kelompoknya. Pada tahap ini, kemungkinan terjadinya saling mengintimidasi sangat besar, namun intimidasi bermula dari hal - hal kecil, misal :
anak SMAN2 yang alim lewat, depan SMA PGRI ada kelompok pelajar (kaya preman).
seorang dalam kelompok SMA PGRI itu akan dengan mudah mengatakan kepada temannya; "we, kalo se jago, coba se pata uang dari ana itu"
memang ada yang kemakan cabaran dan ada yang langsung membuktikan untuk pata uang (palak).
anak SMAN2 yang alim lewat, depan SMA PGRI ada kelompok pelajar (kaya preman).
seorang dalam kelompok SMA PGRI itu akan dengan mudah mengatakan kepada temannya; "we, kalo se jago, coba se pata uang dari ana itu"
memang ada yang kemakan cabaran dan ada yang langsung membuktikan untuk pata uang (palak).
atau cabaran seperti ini; "we kalo se jago, coba se kenalan deng cewe itu la minta dia nomor HP"
atau yang sedikit lebih berbahaya seperti ini; "kawan e, kamareng b dapa tahang dari laki-laki itu e, bantu b dolo"
atau yang langsung mengakibatkan tawuran brutal (menggunakan alat pisau, roda gigi, roti kalung, obeng, neptang, rante motor, batu trotoar, dll) seperti ini ; "we itu dia sudah itu, tutup jalan - jalan sudah"
atau yang sedikit lebih berbahaya seperti ini; "kawan e, kamareng b dapa tahang dari laki-laki itu e, bantu b dolo"
atau yang langsung mengakibatkan tawuran brutal (menggunakan alat pisau, roda gigi, roti kalung, obeng, neptang, rante motor, batu trotoar, dll) seperti ini ; "we itu dia sudah itu, tutup jalan - jalan sudah"
Setidaknya tipe - tipe cabaran itu yang paling sering terjadi, kesannya memang seperti tidak ada penyebab yang logis tapi itulah kekuatan cabaran. ketika anjing menggonggong, anjing lainnya akan ikut menggonggong tanpa mengetahui apa yang terjadi.
Akibatnya ?
sudah pasti jatuh korban, entah itu korban luka-luka atau korban salah tangkap dari pihak kepolisian dll.
Apakah istilah "Ale rasa, beta rasa" diimplementasikan seperti kasus di atas ?
tamang satu susah, yang laeng bantu.
#TahuriBabunyi
sudah pasti jatuh korban, entah itu korban luka-luka atau korban salah tangkap dari pihak kepolisian dll.
Apakah istilah "Ale rasa, beta rasa" diimplementasikan seperti kasus di atas ?
tamang satu susah, yang laeng bantu.
#TahuriBabunyi
Post a Comment