Di Indonesia, karakteristik orang Ambon cenderung dikenal dengan kesan kasar bahkan pemarah, lebih dari itu dianggap sebagai preman (bukan premanisme). Posting kali ini akan mengulas bebrapa hal mengenai karakteristik orang Ambon yang sebenarnya jauh dari ekspektasi masyarakat Indonesia pada umumnya.
- hitam putih'ini adalah ungkapan yang sering digunakan dalam syair - syair daerah mengenai karakter orang muda khususnya laki - laki. hal ini tergambar dalam syair "ayam hitam, telurnya putih. mencari makan, di pinggir kali. sio nyong hitam, giginya putih, kalau tertawa manis sekali'. Penafsiran syair ini bukan pada orientasi kulit hitam (tidak ada kulit hitam di Maluku, yang ada hanya sawo matang) tetapi pada sisi keburukan seseorang tetap saja ada kebaikan yang nampak walaupun hanya sedikit (gignya putih) maka itu akan sangat baik. ungkapan sejenisnya seperti 'nona ambon hitam manis', 'hitam tapi manis manggustan' dll
- 'potong di kuku, rasa di daging' dan 'ale rasa, beta rasa'kedua ungkapan di atas memiliki arti yang sama yaitu saling membantu karena adanya keterikatan yang sangat kuat bahkan lebih dari hubungan keluarga. Jika seseorang sedang berduka, maka yang lain akan turut merasakannya begitupun ketika bahagia.
- filosofi pohon sagupohon yang satu ini menjadi sumber makan utama orang timur pada jaman dahulu ketika datang musing kekeringan yang panjang. Pohon ini sekaligus sebagai simbol karakter orang Maluku yang kasar tetapi memiliki hati nurani (bagian terdalam) yang baik adanya (pohon sagu di luar, berduri tetapi di dalamnya ada sagu yang putih ketika diendapkan). Ini seperti filosofi padi pada umumnya.
- satu hati, satu jantongini merupakan ungkapan dalam budaya Pela Gandong yang mengarah pada hubungan kekeluargaan (bukan satu ibu) tetapi bersifat mengikat.
Setiap daerah pasti memiliki ciri khas masing - masing. Kalau di Maluku, lebih identik dengan hubungan persaudaraan.
#tahuribabunyi